Kamis, 22 Februari 2018

Ragam Variasi Surat Ulu


Jenis: Abugida/aksara Silabik
Asal: Bengkulu - Sumatera Selatan
Bahasa: Rejang, Melayu
Direksi: Kiri - Kanan
Baris Unicode: Belum terdaftar
Sebutan Lain: Aksara Kaganga, Aksara Rejang, Aksara Besemah

Aksara Ulu atau Surat Ulu secara makna luas menurut adalah rumpun aksara yang sesuai namanya, berkembang dikawasan hulu-hulu sungai di Sumatera Bagian tengah hingga selatan. Yang termasuk daripada aksara-aksara rumpun ini ialah Aksara Kerinci, Aksara Rejang dan Aksara Lampung[1].

Secara artian sempit “Surat Ulu” merujuk pada sebutan aksara yang berkembang dikawasan hulu-hulu sungai Bengkulu dan Sumatera Selatan yang juga disebut sebagai aksara KaGaNga[2] (sesuai nama tiga huruf pertamanya), aksara Rejang, Aksara Besemah, Aksara Rencong dan sebagainya.

Pada masa lampau tingkat literasi aksara ulu terbilang tinggi, hal ini terlihat dari sampel berbagai kalangan yang bisa membaca-tulis ulu. Setiap masyarakat sesuai status sosialnya menulis hal berbeda-beda sesuai tingkat pengetahuannya. Aksara ini masih terus digunakan dalam penyebaran pengajaran agama islam. Naskah biasanya ditulis pada media bambu (daluang), kulit kayu, dan kertas.

Naskah-naskah beraksara ulu kini disimpan oleh masyarakat sebagai bagian dari pusaka, yang tidak sembarang ditunjukkan dan dikeluarkan hanya di saat-saat tertentu dan melalui upacara khusus. Biasanya naskah-naskah disimpan oleh perorangan ataupun menjadi pusaka desa.

Manuskrip-manuskrip aksara ulu umumnya tak memuat informasi penulis, sehingga kadang keluarga yang diwarisi pun tidak mengetahui naskah tersebut ditulis oleh siapa. Manuskrip-manuskrip tersebut umumnya disimpan di loteng rumah atau di suatu lumbung kecil atau ‘langgar’ di tengah-tengah desa bersama benda pusaka lainnya.



Gambar: Manuskrip Ulu bermedia kulit kayu (http://arapuzo.blogspot.co.id) dan bambu/gelumpai (http://akmaltasks.blogspot.co.id/2015/04/ilmu-budaya-dasar-2.html) 
  
Karena area penggunaannya yang luas dan mencakup berbagai golongan sub-etnik dan bahasa, maka dapat dimaklumi bahwa banyak sekali variasi bentuk-bentuk aksara yang mungkin berbeda di tiap tempat. Selain bentuk berbeda, setiap variasi aksara tersebut juga memiliki kaidah penulisan yang berbeda. Aksara Ulu dapat digolongkan menjadi empat golongan yaitu Aksara Ulu Rejang, Lembak, Serawai, dan Pasemah.

A. Aksara Induk

Surat Ulu seperti aksara turunan Pallawa lainnya berupa silabis yang memiliki vokal bawaan /a/. Namun kerap dieja menurut dialek setempat menjadi kê-gê-ngê di Pasemah/Besemah, dan ko-go-ngo di Serawai yang mana pengejaan ini akan memengaruhi penggunaan tanda baca.

Aksara induk terdiri dari Buak Tuai dan Aksara Ngimbang (sengau/prenasal). Tabel berikut menunjukkan ragam karakteristik bentuk huruf yang umumnya muncul pada keempat daerah tersebut. (Sarwono & Rahayu, 2014).



B. Tanda Diakritik

Tanda baca juga menunjukkan beragam variasi bentuk. Pada Ulu Serawai dan Pasemah tidak didapati tanda baca [ê] dan [o] dikarenakan aksara ini dieja menurut dialek masing-masing menjadi ke-ge-nge di Pasemah dan ko-go-ngo di Serawai sehingga tanda-tanda baca tersebut tidak diperlukan. Untuk mengubah vokal menjadi bunyi [a] digunakan tanda baca “jinah” yang pada variasi lain digunakan sebagai vokalisasi [ê].

Tabel dari Sarwono & Rahayu (2014). Diperkirakan bahwa tanda bunuh yang berbentuk bulat juga karena pengaruh arab (tanda baca sukun). 


Contoh papan nama jalan di Pasemah, tanda diakritik ‘jinah’ digunakan untuk vokalisasi [a] (Sumber: easy.blogdetik.com) 

C. Aksara Ulu di Unicode

Tidak semua dari variasi-variasi tersebut telah dikodekan oleh Unicode. Aksara Ulu muncul di Unicode bernama “Aksara Rejang” sebagai berikut:
Gambar dari id.wikipedia.org (ket: kesalahan tulis, huruf nnga = ngga)

Sangat disayangkan versi Unicode ini terdapat beberapa ketidak-akuratan pada beberapa bentuk huruf yang tidak terlihat sesuai dengan apa yang terdapat pada naskah tradisional.

D. Aksara KaGaNga Bengkulu

Berikut adalah aksara KaGaNga tradisional yang digunakan di Bengkulu (Santoso, 2007).
 (font oleh Aldila Dwiki Himawan dari aksaradinusantara.com)

2. Tanda diakritik dan Pemposisiannya
Gambar: (Kiri) Tanda diakritik/sandangan aksara Kaganga Bengkulu dan contoh pemposisiannya pada huruf ‘ka’ (Santoso, 2007); (Kanan) Pemposisian tanda baca pada Aksara Ulu (Sarwono & Rahayu, 2014).

Dapat diperhatikan bahwa Aksara Kaganga Bengkulu tanda bacanya berada pada posisi bawah kiri untuk sandangan [u], [e], dan [au]; di atas kiri untuk sandangan [i], [o], [e], dan [ei]; atas kanan untuk sandangan [-n], [-m], [-ng], [-ai], dan [-r]; dan sandangan [-h], [-eak], dan virama di depan huruf. 

3. Angka dan Tanda Baca (Pungtuasi)

Angka Aksara Kaganga Bengkulu didasarkan pada bentuk angka Bejagung.
Secara tradisional aksara Ulu hanya memiliki beberapa tanda baca saja, namun untuk mendukung penulisan modern maka dilakukanlah penambahan-penambahan yang dibutuhkan.

E. Angka Bejagung
Angka bejagung yang digambarkan oleh Jaspan (1967) dan Sani (1988) dalam Miller (2011).

Menurut Jaspan (1967) dalam Miller (2011), angka bejagung tidak terlalu umum digunakan untuk melambangkan bilangan dan hitungan. Kebanyakan angka ini muncul seebagai nomor halaman manuskrip saja.

-------------------------------------------
Referensi (PDF dari Internet)
[1] Lihat Uli Kozok, Surat Batak: Sejarah Perkembangan Tulisan Batak (Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2009) hal. 69
[2] Sarwit Sarwono, Ngudining Rahayu, Pusat Penulisan dan Para Penulis Manuskrip-Manuskrip Ulu di Bengkulu (Bengkulu: UNIB Press, 2014) hal. 4
[3] Santoso, SH MSi, Aksara Kaganga Produk Budaya Adiluhung leluhur. 2007
[4] Christopher Miller, 

3 komentar:

  1. assalamu'alaikum

    perkenalkan saya Yensoe Criswantara, saya adalah salah satu keturunan dari Suku Besemah pada saat ini, dan saya sangat tertarik akan asal muasal suku-suku di sumatra selatan terutama suku Besemah itu sendiri. Namun saya sampai saat ini mengalami kesulitan dalam menggali informasi tentang suku tersebut(Besemah). saya sangat ingin sekali mempelajari sejarah-sejarahnya, jika berkenan saya ingin sekali mengetahuinya, melalui para tetuah/jurai tue Suku Besemah .

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waalaikumsalam wr.wb.salam sejurai.ini WA ku 0812 9779 9779 .
      TG.FEKRI JULIANSYAH BIN MUSLIM
      (Generasi ke-24 Puyang Atung Bungsu,Pengade Djagat Besemah)

      Hapus
  2. Assalamualaikum usaha yang baik, saya rakyat Malaysia sokong seratus peratus usaha rakyat Indonesia menjaga dan melestarikan penggunaan aksara tradisional ini.

    BalasHapus