Aksara Arab merupakan salah satu aksara asing yang diadopsi peradaban Nusantara untuk menuliskan bahasa-bahasa tertentu.
Aksara Pendahulu
Sebelum masuk dan digunakannya aksara Arab di Nusantara, telah terdapat berbagai macam aksara daerah yang telah digunakan secara lokal. Mereka ialah yang dapat dikenali sebagai aksara-aksara Brahmik. Meskipun begitu, pada masa itu evolusi modern aksara lokallah yang digunakan. Para pendahulunya seperti Pallawa-Grantha, Nagari, dan Kawi telah lama usang.
Meskipun begitu bukti menunjukkan bahwa penggunaan aksara Arab di Nusantara tidak melenyapkan aksara daerah yang sudah ada. Malahan kedua macam aksara itu kerap ditemukan berdampingan.
Aksara Kini
Aksara Arab yang digunakan dan berkembang di Nusantara menurut karakteristik penggunaannya dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu Arab-Melayu/Jawi, Pegon, Serang, dan Buri Wolio. Keempat macam variasi ini memiliki karakteristik tersendiri yang tak ditemukan di satu sama lain selain faktor kebudayaan dan bahasa yang digunakan berbeda.
Aksara Arab-Melayu yang populer di Sumatera atau familiar disebut sebagai Jawi di dunia Melayu memiliki karakteristik ditulis gundul. Ia digunakan untuk bahasa-bahasa rumpun Melayu seperti Aceh, Minangkabau, dan Banjar. Bahasa Melayu sebagai lingua franca saat itu membuat tulisan Jawi juga dikenal meluas se-Nusantara.
Aksara Pegon yang digunakan di pulau Jawa memiliki beberapa karakter huruf ekstra. Ia kadang ditulis dengan tanda harakatnya secara penuh maupun gundul. Bahasa Jawa dan Sunda diketahui menggunakan aksara ini khususnya dalam pendidikan pesantren tradisional.
Aksara-aksara Arab di wilayah Sulawesi, karena digunakan untuk bahasa yang berbeda maka jadilah mereka mengembangkan sistem-sistemnya sendiri yang khas. Keunikan pada Buri Wolio tak ditemukan dalam aksara Serang. Begitu juga, gaya tulisan aksara Serang yang khas untuk bahasa Bugis-Makassar tak bisa diterapkan kedalam bahasa lainnya.
Media Tulis
Aksara-aksara Arab telah masuk ke Nusantara pada periode yang sudah bisa dikatakan modern. Oleh karenanya banyak manuskrip ditemukan berbahan kertas. Karena aksara Arab ini juga kerap digunakan berdampingan dengan aksara daerah yang sudah ada, maka diketemukan pula manuskrip Arab dengan media tulis lokal seperti kulit kayu yang ditemukan di Sumatera bagian Selatan.
Aksara lainnya
Sebagaimana diketahui, aksara Pallawa-Grantha yang menjadi nenek moyang seluruh literasi tradisional Nusantara, atau juga aksara Nagari juga harus diakui merupakan aksara asing yang diadopsi peradaban Nusantara. Setelah zaman Pallawa dan Jawi, aksara Latin pun berjaya digunakan seluas-luasnya atas pengaruh kolonialisme Eropa. Belakangan ini bahkan aksara Hangeul dari Korea juga menyelusup kedalam kekayaan sastra Nusantara, meskipun penggunaannya dibatalkan karena pro-kontra.
Bahan Bacaan
- Cho , T. Y. , ( 2012 ) . Aksara Serang dan Perkembangan Tamadun Islam di Sulawesi Selatan . Yogyakarta : Ombak
- Gallop , A. T. ( 2015 ) . A Jawi Sourcebook for the Study of Malay Palaeography and Orthography , Introduction . Routledge , Indonesia and the Malay World , Vol . 43 , No. 125 , pp . 13-171 .
- Kumar , A. & McGlynn , J.H. ( 1996 ) . Illuminations : The Writing Traditions of Indonesia . New York : Weatherhill . Diakses secara daring dari situs Internet Archieve . https://archive.org/details/illuminationswri0000kuma
- Maulana, R. (2020) Aksara-Aksara di Nusantara: Seri Ensiklopedia. Yogyakarta: Samudra Biru.
- Niampe, L., (2011) Bahasa Wolio di Kerajaan Buton. Linguistika: Buletin Ilmiah Program Magister Linguistik Universitas Udayana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar