Aksara Lontara Bilang-Bilang, Sandi Rahasia Pejuang Kemerdekaan

Aksara Lontara Bilang-Bilang

Jenis: Abugida/aksara Silabik

Asal: Sulawesi Selatan

Bahasa: Bugis

Direksi: Kiri - Kanan

Baris Unicode: Belum terdaftar

Sebutan Lain:

Aksara Bilang-Bilang yang berarti ‘hitungan’ adalah aksara rekaan dari seorang ratu kerajaan Pancana, kerajaan kecil bawahan Tanete yaitu Retna Kencana Colliq Pujie Arung Pancana Toa. Ayahnya, La Rumpang Megga, ialah raja Tanete itu sendiri. Karena kesibukan sang raja, Colliq Pujie dipercayakan memegang urusan administrasi kerajaan.
Ia adalah seorang yang pandai dalam baca tulis dan berkarya sastra di zamannya, sehingga menjadi narasumber penting bagi peneliti-peneliti barat yang mempelajari bahasa Bugis. Karya-karya sastranya kini banyak disimpan di museum-museum di Eropa, salah satunya adalah salinan 12 jilid naskah I La Galigo (Rahman, 2014).

Aksara ini merupakan sandi-sandi rahasia sehingga tidak sembarang orang dapat membacanya. Bentuknya berpola dari angka arab-india bergaya urdu, angka satu sampai delapan yaitu ١٢٣۴۵٦٧٨. Aksara ini digunakan oleh Colliq Pujie untuk menulis syair-syairnya dan juga untuk berkomunikasi dengan pengikutnya melalui surat menyurat secara rahasia ketika ia diasingkan oleh Belanda ke Makassar karena memberontak dan menghasud rakyatnya untuk melawan Belanda (Rahman, 2014).

Tata penulisannya sama persis dengan penulisan aksara lontara. Aksara ini juga tidak memiliki virama. Huruf ‘ha’ tidak ada dalam aksara ini karena memang dalam bahasa bugis tradisional tidak dijumpai bunyi [h].

Referensi:

[1] Nurhayati Rahman: Sejarah dan dinamika perkembangan huruf Lontaraq di Sulawesi selatan: Paper (PDF dari Internet)