Minggu, 25 Maret 2018

Menelisik Aksara Minangkabau

Aksara Minangkabau

Asal: Sumatera Barat
Bahasa: Minangkabau
Direksi: Kiri - Kanan
Baris Unicode: Belum terdaftar
Sebutan Lain: -

Terdapat dua variasi aksara yang disebut-sebut merupakan Aksara Minangkabau. Yang pertama adalah aksara berupa abugida yang ditemukan dalam Tambo Alam di Nagari Pariangan, Padang Panjang, milik Datuk Suri Dirajo dan Datuk Bandaro Kayo, dan satu lagi adalah aksara alfabetis dari Nagari Silek Aia pada Kitab Tambo Ruweh Buku milik Datuk Tumanggung[1].

1. Aksara Tambo Alam
Aksara ini bertipe Abugida, dan merupakan yang paling banyak dirujuk sebagai aksara minangkabau. 

2. Aksara tambo ruweh 
Aksara tambo ruweh berupa abjad, sebagai berikut:


Gambar dari: https://sasdaminangkabau.wordpress.com/2010/05/12/aksara minangkabau/
Satu-satunya inskripsi mengenai aksara-aksara ini yang tersebar di dunia maya.

3. Perdebatan mengenai keotentikan aksara Minangkabau 

Aksara Minangkabau menuai beberapa kritik dari kalangan budayawan dan filolog (antara lain Dr. Uli Kozok). Hal ini terutama karena tidak adanya penguatan mengenai keberadaan aksara tersebut yang membuat ragu. Argumen-argumen yang muncul mengenai aksara ini antara lain[2]:  
  • Kitab yang disebut-sebut memuat aksara tersebut tidak pernah diperlihatkan/dipublikasikan. 
  • Aksara Tambo Alam tidak lengkap, terdapat huruf-huruf yang tidak ada yaitu huruf ca, ja, nya, dan ya. Padalah Bahasa Minangkabau menggunakan fonem-fonem tersebut. 
  • Tanda baca dalam Aksara Minang khususnya Tambo Alam sangat terbatas hanya lima buah pengubah vokal dasar saja. Padahal aksara-aksara Sumatera setidaknya memiliki sandangan/tanda baca [–ng] sehingga untuk menulis kata “gadang” misalnya, hanya dibutuhkan dua huruf. 
  • Aksara Ruweh Buku bersistem abjad, padahal semua aksara nusantara yang berasal dari turunan Pallawa atau Kawi bersistem Abugida. Juga mengenai adanya simbol-simbol matematis dalam aksara ini yang mana ini bertolak belakang dengan keadaan aksara nusantara yang bahkan sebagian tidak memiliki sistem angka. Jadi ada kemungkinan bahwa aksara ini merupakan hasil rekaan. 
  • Terlepas dari semua itu, disinyalir Minangkabau memang pernah memiliki sistem aksara sendiri mengingat ditemukannya prasasti Adityawarman di wilayah Sumatera Barat. Namun aksara ini mungkin sudah lenyap sama sekali dan tergantikan sepenuhnya oleh aksara Jawi.
4. Pandangan pribadi penulis
Penulis setuju dengan pendapat ahli bahwa Minangkabau dengan kebudayaannya yang tinggi memang mungkin saja pernah memiliki aksara, namun karena suatu hal aksara tersebut menjadi punah. Kajian lanjutan diperlukan untuk menemukan data konkrit ketimbang berdebat mengenai keotentikannya saja. Menurut penulis, diterima atau tidaknya aksara ini sebagai aksara "tradisional" Minangkabau, atau sebagai "conscript" untuk bahasa Minangkabau kesepakatannya ada di tangan masyarakat dan pemuka adat Minag itu sendiri.

<<Halaman ini masih dalam tahap pengembangan>>

Referensi:
[1] https://sasdaminangkabau.wordpress.com/2010/05/12/aksara minangkabau/
[2] Uli Kozok, Kitab Undang-Undang Tanjung Tanah, Naskah Melayu yang Tertua (Jakarta: Yayasan Naskah Nusantara & Yayasan Obor Indonesia, 2006)
 

1 komentar:

  1. Mohon koreksi, naskah tanjung tanah itu di sungai penuh kerinci disebut di tulis dengan aksara incung_ dan d klaim juga sebagai tulisan origin kerinci. Dan sudah dilekatkan penggunaannya pada plang nama nama ruas jalan kota.

    BalasHapus