Kamis, 24 Januari 2019

Tentangku: Mengapa menulis blog keaksaraan dan mengapa suka aksara?


Gambar: Tentangku dan Blogku (Dokumen pribadi)

Aku Ridwan. Orang-orang bilang aku sangat pendiam dan mungkin kaku atau sebagainya baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Aku jarang menunjukkan diriku, aku dan mungkin beberapa orang sepertiku tidak terlalu suka dibilang pendiam, kami sama seperti orang-orang biasa hanya saja lebih sedikit berbicara.

Karena sifat bawaan yang seperti itu, jadi hanya sedikit yang dapat ku sampaikan dan ku bagikan. Sementara itu, banyak yang ku simpan dan ku ingin orang lain tahu. Menulis teks panjang lebih menyenangkan bagiku daripada berbicara panjang lebar untuk menjelaskan diriku. Apalagi apa yang ku suka, apa yang ku dalami ini merupakan hal aneh bagi banyak orang, maka akan lebih aneh lagi jika aku yang pendiam itu tiba-tiba berbicara panjang lebar menjelaskan minat aneh yang ku dalami sendiri. Maka menulis blog cukup memenuhi kebutuhanku yaitu untuk menjelaskan apa yang aku suka, membagikan apa yang ku tahu secara luas, tanpa aku harus banyak berbicara.

Jika kalian membuka blogku ini pasti kalian mendapati blog ini bertopik aksara daerah. Aku menekuni dunia keaksaraan sejak sekitar 4 tahun yang lalu. Mengapa aku suka aksara?  Ceritanya panjang. Kalau boleh curhat, hal ini sudah berlangsung lama. Sejak SMP itu mataku mulai terbuka soal beragamnya jenis tulisan di dunia. Yang telah ku ketahui saat itu adalah tulisan Latin dan Arab, aku pun tahu bahwa Cina dan India memiliki tulisannya sendiri namun aku tak begitu memperhatikan. Kemudian aku sedikit belajar bahasa Jepang dan menemukan bahwa Jepang punya tiga jenis tulisan: Hiragana, Katakana, dan Kanji. Disaat yang bersamaan aku menemukan catatan kecil tentang aksara Sunda. "Wah, Indonesia juga punya!" pikirku saat itu.

Menurutku itu adalah penemuan besar, sehingga kemudian aku menunjukkannya pada teman dekatku yang merupakan orang jawa dan lampung. Ternyata mereka tidak terkesan, malah mereka bilang "daerah kami juga punya yang seperti itu". "Wah ada lagi? kenapa aku baru tahu?" - jauh setelah itu aku ketahui bahwa aksara-aksara daerah seperti itu memang tidak banyak dipakai dan ditinggalkan, mungkin karena kesan "kekunoan"nya. Jadi wajarlah jika waktu itu aku tidak tahu kalau Indonesia punya banyak aksara daerah. Tidak hanya Sunda, tapi ada Jawa dan Lampung. Mulanya minatku tertuju untuk mempelajari tulisan luar seperti Hangeul Korea, Devanagari India, atau Kiril Russia, namun setelah mendapat info tersebut aku mengalihkan diri untuk mencari apa yang ada didalam negeriku sendiri lebih dulu.

Karena aksara-aksara itu terbatas penggunaannya dan tidak populer sehingga tak ada yang mengenalkannya padaku, maka aku mencari tahu sendiri. Sungguh bersyukur aku bahwa telah ada internet di masa itu. Aku ketikkan kata "Aksara" ditambah kata-kata nama etnis yang ada di Indonesia seperti "Kerinci", "Banjar", "Madura", dan sebagainya. Pencarian tidak berhenti sampai aku SMA, sampai aku mendapatkan jurnal-jurnal, paper, e-book tentang aksara itu - yang tak jarang ditulis oleh orang luar negeri dan berbahasa asing. Aku menemukan bahwa Indonesia kaya akan ragam sistem tulisan namun mereka sedang mati perlahan-lahan. Kekaguman akan anugrah keberagaman, rasa cinta tanah air, dan juga rasa prihatin akan hal yang demikian membuatku yakin untuk terjun mendalami dunia keaksaraan ini secara mandiri.

Media sosial mempertemukanku dengan orang-orang setipe ku, yang meletakkan minat pada hal yang sama. Beberapa bergerak mandiri, namun ada pula yang berkomunitas. Interaksi secara maya membuka wawasanku lebih banyak lagi, apalagi setelah bersentuhan dengan para pengguna asli aksara terkait. Sebegitu banyaknya pengetahuan baru yang tercecer ku kumpulkan kedalam beberapa buku catatanku, namun itu tidak fleksibel dan terbatas ruangnya. Lagipula catatan itu hanya bisa dibaca olehku saja. Aku tidak ingin menyimpan sendiri apa yang ku tahu, aku yakin yang lain membutuhkan informasi ini. Disinilah blog mulai berbicara. Aku menulis apa yang aku ingin orang tahu, dan menjadi narablog sangat membantuku mewujudkan itu.

Mungkin banyak blog lain menyajikan hal yang serupa seperti yang ku kerjakan, tapi aku ingin membuat blogku ini lebih otentik; tidak ada salin-tempel, referensi dicantumkan, gambar-gambar diolah sendiri, dan ulasan singkat yang kuberikan atas tiap tulisan. Ini semua demi menggenapi keyakinanku, yaitu bahwa orang-orang akan membutuhkan informasi yang lengkap dan bisa dipercaya tentang pengetahuan yang ku anggap sebagai "disiplin ilmu tersendiri" ini.

Aku menulis blog tidak semata-mata hanya ingin tulisanku diketahui orang atau namaku jadi dikenal, yang terpenting bagiku adalah kontennya tersampaikan. Tidak mengapa kalau aku tidak dikenal siapapun, yang penting ilmu yang aku punya bisa tersampaikan dan berguna suatu saat. Blog ini juga membantuku menjelaskan apa yang sebenarnya ku lakukan, karena hobi aneh mempelajari aksara ini sering disalahpahami banyak orang karena kadang aku disangka bisa banyak bahasa, padahal tidak.

Menulis semacam ensiklopedia keaksaraan seperti ini juga merupakan kampanyeku agar orang-orang mengenal aksara lagi; sebuah harta peradaban yang sangat disayangkan kalau lenyap. Sebelumnya aku mengkampanyekannya di media sosial facebook dengan berbagai postingan, tapi kurasa postingan sosial media belum cukup menampung seluruh apa yang ingin ku sampaikan. Pada blog ini beberapa artikel telah ku tulis, sedetail apa yang aku tahu. Beragam font aksara pun ku buat, ku kembangkan, dan kubagikan secara gratis melalui blog ini juga untuk mendukung peningkatan penggunaan aksara-aksara daerah tersebut.
Keterangan: gambar doodle yang ku buat untuk menyambut Hari Literasi (Aksara) Internasional sekitar tahun 2016 (Dokumen pribadi)

Melihat aksara daerah diterima lagi oleh masyarakat adalah impianku yang terbesar. Segala hal untuk pemajuan aksara ini aku lakukan; menulis blog ensiklopedi, membuat font, membuat gambar & poster edukatif tentang aksara, semuanya telah dilakukan sejak tahun-tahun belakangan. Tahun ini, 2019, kebetulan adalah “Tahun Bahasa Pribumi Internasional” atau The International Year of Indigenous Languages yang dideklarasikan oleh UNESCO. Setahun penuh momen yang didedikasikan untuk bahasa masyarakat pribumi agar terhindar dari kepunahan. Melalui momen ini aku berharap penggunaan aksara daerah diwadahi revitalisasi bahasa daerah bisa lebih meningkat lagi. Kampanyeku kini juga mencakup bahasa daerah yang memang sedang ditinggalkan juga.

Keterangan: Gambar yang ku buat untuk menyambut Tahun Bahasa 2019 (Dokumen pribadi)

Meskipun aku bukan seorang poliglot dan tidak menguasai bahasa daerah manapun, aku  ingin belajar, aku ingin agar orang-orang melihat apa yang ku lakukan dan merasakan kepedulian yang aku coba sampaikan yang seharusnya juga ada pada diri mereka, atau setidaknya jika mereka tidak melihat itu semua, aku hanya ingin menyediakan apa yang belum ada. Proyekku untuk tahun bahasa ini adalah mengalih-aksarakan literatur daerah sembari mengenali lagi sastra dan bahasa daerah yang memang sebagian besar aku belum tahu. Aku telah mengalih-aksarakan 50 peribahasa Sumbawa, dan sedang mengerjakan hal yang sama untuk peribahasa Makassar, Rejang, Sunda dan Lampung. Kedepannya juga aku berkeinginan untuk mengalih-aksarakan cerita rakyat yang sudah ku dapat, lebih baik lagi jika aku dapat memberi ilustrasi untuknya seperti buku cerita. Keinginanku juga yaitu membentuk sebuah komunitas yang bergerak di bidang ini, aku ingin mengumpulkan semua orang yang berkepedulian dan mau bekerja sama yang selama ini berjuang individual, karena semua proyek itu tidak mungkin ku lakukan sendiri. Kesemuanya ini nantinya akan ku bagikan melalui blog ini, atau juga melalui situs web lain, atau bila penting, mungkin saja dibukukan.

Demikianlah apa yang ku lakukan, alasan mengapa aku menulis blog bertopik keaksaraan ini dan mengapa aku menyukai aksara. Siapapun anda, suka atau tidak dengan tulisanku atau dengan apa yang ku kerjakan, aku hanya mohon dukungan dan doanya! Terima kasih!  


5 komentar:

  1. Wow keren kak, jarang2 yang bgni nih topiknya, semangat smg tetap menginspirasi kak :)

    BalasHapus
  2. suka dengan gambarnya. semoga terus konsisten ngeblog, ya! :D

    BalasHapus
  3. sama kita kak, wkwk, tapi kalau saya belum kepikiran mau bikin blog, lebih mendem aja.

    BalasHapus
  4. When did the author first become interested in regional scripts?
    Visit us Online Learning

    BalasHapus